Thursday, March 19, 2009

SOLIDARITY & UNITY



ARTIKEL 1:
15 Feb 2006
'Abdul-Fattah 'Ashoor

Question :
Respected scholars of Islam, As-Salamu `alaykum. I want to know what is required of all Muslims in the light of the dreadful ordeal facing Muslims everywhere. Jazakum Allah khayran.

Answer:

In the Name of Allah, Most Gracious, Most Merciful.

All praise and thanks are due to Allah, and peace and blessings be upon His Messenger.

Dear Muslim brother, thanks a lot for your question. Nowadays, rains of questions are pouring on us as regards the same issue, echoing voices of concern about the fate of Muslim brethren undergoing a terrible situation here and there. May Allah shower us with His overflowing mercy and help us get rid of this peril, for He is Ever Kind and Most Merciful!

First of all, we’d like to commend you for your good feelings, which reflect the fact that Muslims all over the world are bound together, in heart and in spirit. This unity is the means of strength for the Muslim Ummah; in fact, it’s a divine gift which we Muslims must make use of. This unity is also required as regards relationship between Muslims and non-Muslims, in the sense that we are all brothers, if not in faith, in humanity. Just as a Muslim shares the agony of his fellow Muslims, he should also feel pain for what befalls his non-Muslim brothers.

In reaction to the present sorry state of affairs of Muslim Ummah, it’s very important for Muslims to stand together and be united. We should live together as a group respecting and caring for each other. Allah gave us our lives so that we can help one another, and not to live just for ourselves.

It’s quite important for us also to realize the significance of unity and togetherness. Someone may ask: Why is it so important to unite? The answer is very simple: Together we are strong! As one Ummah, we are a powerful force. This is certainly what the enemies of Islam dread most. With unity, mutual cooperation will materialize. With unity, love and affection will prevail in the society.

With unity, the Muslim Ummah will have a say in the world affairs, and, most importantly, they will cease to be an easy prey for their enemies, as is the case nowadays.

Unity was the driving force behind the mechanism of forming the first Islamic State in Madinah. It helped the early Muslims gain victory in all their battles against infidels, hence putting an end to injustice and aggression. Hence, the present Muslims need to wake up from their sleep and rise up to the present challenges facing them. It’s not enough for one to claim that his cause is right without having enough power to defend that cause, and a voice in isolation is always inaudible. So Muslims should get together and strive in the cause of Allah, Who says in the Qur’an: (And the believers, men and women, are protecting friends one of another; they enjoin the right and forbid the wrong, and they establish worship and they pay the poor-due, and they obey Allah and His messenger. As for these, Allah will have mercy on them. Lo! Allah is Mighty, Wise.) (At-Tawbah 9: 71)

Part of the forms of unity is to respond to the present situation of our Palestinian brothers and sisters as well as the rest of oppressed Muslim brethren, with whom every Muslim should express feelings of solidarity. Every Muslim should do whatever he has in his capacity to help his oppressed brothers and sisters.

Shedding more light on this issue, the eminent Muslim scholar, Dr. `Abdul-Fattah `Ashoor, Professor of the Exegesis of the Qur'an at Al-Azhar University, states:

First of all, we are to keep in mind the fact that helping and supporting fellow Muslims (who are subjected to persecution and prejudiced against) is prerequisite of a sound faith.

A Muslim should first help and support his/her fellow Muslims physically if he/she is able to do so. Muslims should defend them by all available means. They should fight along with them to ward off any aggression against their souls, honors, etc.

If one cannot support them physically, one should help them financially. If one finds that unaffordable, he/she should support their cause by means of speech, venting air to their rights and making people realize their agony and feel their pain.

Finally, if one cannot defend his/her brothers and sisters by means of his/her tongue or pen, let him/her detest and deny the aggression committed against them. This level is the slightest of faith.

ARTIKEL 2:
26 Sept 2006
K.H. Abdullah Gymnastiar
SAUDARAKU, alangkah indahnya taman bunga di sekeliling kita; aneka warna, aneka perbedaan, aneka ragam, dan bau wewangian. Sungguh, keindahan itu dapat diwujudkan karena adanya perbedaan. Keindahan bukan terwujud dari persamaan atau kesamaan warna kulit, bentuk, bahasa, dan lainnya. Perbedaan akan menjadi keindahan dan kian indah, apabila diikat dengan hati.

Saudaraku, Allah menghadirkan perbedaan dalam kehidupan di negeri ini. Alangkah indahnya kalau perbedaan ini kita pahami dan kita jadikan sebagai suatu potensi bagi terwujudnya persatuan. Ketahuilah, kita berbeda tapi sama-sama ciptaan-Nya.

Sudah cukup kita saksikan dan rasakan bersama, betapa tindakan-tindakan yang tidak bijaksana, bahkan anarkis (membuat kerusakan), tidak menyelesaikan masalah. Bahkan, yang terjadi adalah semakin buruknya masalah. Betapa tindakan-tindakan yang mengakibatkan kerusakan di mana pun dan kapan pun, ternyata memunculkan beragam masalah yang tiba-tiba datang.

Janganlah karena adanya perbedaan ini, kita malah saling menzalimi. Kejadian apa pun yang telah menimpa negeri ini, sudah semestinya menjadi pelajaran bagi kita semua. Di antara yang bisa kita ambil hikmahnya adalah kita harus memiliki tekad yang sama untuk membangun kebersamaan di negeri tercinta ini. Jangan biarkan kekerasan menjadi solusi dari permasalahan yang ada.

Lebih dari itu, masalah yang sedang menimpa kita semua adalah bagian dari karunia Allah SWT. Karunia Allah ini --sepanjang kita sikapi dengan cara yang benar-- dapat membuat kita menjadi semakin maju, beradab, dan semakin kuat dalam menghadapi masa yang akan datang.

Orang yang imannya kokoh tidak akan pernah merasakan kerugian dari setiap peristiwa yang terjadi. Ketika merasakan nikmat, kita bersyukur. Syukur itu adalah kebaikan. Jika tiba waktunya Allah memberikan ujian kepada kita, sabar adalah pilihannya. Kerugian hanyalah milik orang-orang yang tidak punya keyakinan yang kokoh dan tidak memiliki akhlak yang mulia.

Insya Allah, tidak ada yang salah dari perbedaan. Hal yang sering menjadi masalah adalah ketika kita tidak bisa menyikapi perbedaan yang ada. Bukankah Allah menciptakan keindahan itu justru dari perbedaan yang ada?

Indahnya kebersamaan justru dapat dirasakan jika kita memiliki pandangan untuk memandang sesuatu sebagaimana kita melihat suatu rangkaian bunga. Lihatlah, dalam sebuah rangkaian kita dapat menemukan bunga yang berwarna cokelat, merah, jingga, atau merah muda. Semuanya berpadu memberikan nuansa indah yang memikat mata untuk melihat. Ya, kita melihat keindahan justru melalui perbedaan.

Lantas, mengapa negeri kita ini harus tercabik-cabik satu sama lain hanya karena adanya perbedaan? Sadarilah, negeri kita menjadi sakit bukan karena perbedaan, tetapi karena kita belum terbiasa menyikapi perbedaan. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini, insya Allah kita akan mencoba menggali rumus sederhana dalam upaya membuat rangkaian bunga yang indah dari perbedaan yang ada. Kita mencoba merajut kebersamaan melalui suatu rumus sederhana, yakni rumus 5M.

M yang pertama adalah menyadari. Kita harus mulai melihat perbedaan ini dengan menyadari bahwa perbedaan itu pasti ada, dan bahkan harus ada.

M yang kedua adalah memahami. Artinya, kita harus senantiasa mencoba memahami setiap perbedaan yang ada.

M yang ketiga adalah memaklumi. Sejak saat ini, kita harus belajar untuk memaklumi setiap perbedaan yang ada di antara kita.

M yang keempat adalah memaafkan. Tidak jarang, perbedaan membuat adanya ketersinggungan-ketersinggungan. Oleh karena itulah kita harus mampu memberi keluasan maaf.

M yang kelima adalah memperbaiki. Terkadang perbedaan memang tidak selalu baik. Di sinilah perlu kemauan keras dari kita untuk memperbaiki, bukan menyalahkan.

**

Di sinilah, kita --umat Islam-- harus mulai memikirkan jalinan ukhuwah Islamiyah daripada memperbesar jurang perbedaan. Dalam suatu riwayat, Rasulullah saw. pernah bertanya kepada para sahabatnya, "Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada salat dan saum?"

Sahabat menjawab, "Tentu saja!"

Rasulullah pun kemudian menjelaskan, "Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan" (H.R. Bukhari-Muslim).

Saudaraku, dari hadis di atas, dapat kita renungkan bahwa betapa besar nilai sebuah jalinan persaudaraan. Oleh karena itu, memperkokoh pilar-pilar ukhuwah Islamiyah merupakan salah satu tugas penting bagi kita.

Lalu, bagaimana caranya agar roh ukhuwah tetap kokoh? Rahasianya ternyata terletak pada sejauh mana kita mampu bersungguh-sungguh menata kesadaran untuk memiliki kalbu (hati) yang bening, bersih, dan selamat.

Kalbu yang kotor yang dipenuhi sifat iri, dengki, hasud, dan buruk sangka --hampir dapat dipastikan-- akan membuat pemiliknya melakukan perbuatan-perbuatan tercela yang justru dapat merusak ukhuwah. Mengapa? Jika di antara sesama Muslim saja sudah saling berburuk sangka, iri, dan dengki, bagaimana mungkin akan tumbuh nilai-nilai persaudaraan yang indah?

Sekali lagi Saudaraku, adakah rasa persaudaraan dapat kita rasakan dari orang yang tidak memiliki kemuliaan akhlak? Tentu saja tidak! Kemuliaan akhlak tidak akan pernah berpadu dengan hati yang penuh iri, dengki, `ujub, riya, dan takabur. Di dalam kalbu yang kusam dan busuk inilah justru tersimpan benih-benih tafarruq (perpecahan) yang muncul dalam aneka bentuk permusuhan dan kebencian kepada sesama Muslim.

Nah, dari sinilah seyogianya memulai langkah untuk merenungkan dan mengkaji ulang, sejauh mana kita telah memahami makna ukhuwah Islamiyah. Dari ikatan persaudaraan ini pula Rasulullah saw. mengawali amanah kerasulannya.


Saudaraku, kekuatan ukhuwah memang hanya dapat dibangkitkan oleh kemuliaan akhlak. Oleh karena itu, tampaknya kita amat merindukan pribadi-pribadi yang bisa menorehkan keluhuran akhlak. Pribadi-pribadi yang buah pikirannya --walau sesederhana apa pun-- adalah buah pikiran yang sekuat-kuatnya dicurahkan untuk meringankan atau bahkan memecahkan masalah. Bukan hanya masalah yang menimpa dirinya, tetapi masalah yang terjadi pada orang-orang di sekelilingnya. Dengan begitu, berdialog dengannya, akan selalu membuahkan kelapangan. Wallahualam bishawab

2 comments:

Anonymous said...

TAHNIAH!! Kerana dapat Adik Ipar baru. Sori tak dapat hadir kerana ada urusan kematian di Yan, Kedah.

"Semoga mereka sentiasa bahagia hendaknya sehingga ke anak-cucu-cicit-piut."

HeroHuruHara said...

terima kasih dengan iringan doa mohon keberkatan dari Bro Zaidi.

Takziah atas pemergian arwah di Yan.

Ada rezeki bertemu kita nanti.